Senin, 21 Juni 2010

Menumbuhkan Sikap Ilmiah Pada Remaja

Menumbuhkan Sikap Ilmiah pada Remaja

Oleh: Eni Dewi Kurniawati, Spd
PERKEMBANGAN dan perubahan kondisi yang berlangsung sekarang ini begitu cepat dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Hal itu dapat memberikan konsekuensi logis perlunya menciptakan masyarakat yang mampu beradaptasi terhadap setiap perkembangan yang ada. Untuk itu perlunya menciptakan masyarakat yang adaptif. Maka perlunya upaya menciptakan peradaban yang ilmiah dalam kehidupan di masyarakat guna mensejajarkannya dengan perkembangan zaman, dan persaingan ketat di eraglobalisasi yang serba cepat dan mudahnya penyebaran informasi. Remaja sebagai generasi penerus yang akan mengantarkan bangsa ini kearah yang dicita-citakan harus berusaha mengembangkan kemampuan dirinya, menumbuhkan kreativitas berdasarkan sikap dan berpikir ilmiah. Dengan berkembangnya sikap ilmiah akan berakibat positif bagi remaja/ siswa terutama dalam berpikir, berlogika, dan memotivasi keingintahuannya. Sehingga mereka memiliki pandangan hidup dan wawasan yang luas. Selanjutnya harapan untuk perbaikan bangsa ini berada ditangan generasi muda, karena generasi tua tampaknya sudah sulit untuk berubah dan diubah. Maka generasi muda sekarang diharapkan mampu menjadi generasi pekerja keras, yang berwawasan IPTEK, jujur, amanah, hemat, dan tidak mudah menyerah.

Dalam kehidupan sehari-hari, tidak ada ruang yang tidak tersentuh dan terpengaruh oleh Science and Tecnology. Salah satu dari dimensi IPTEK adanya kemajuan yang mengagumkan. Sehingga akumulasi informasi IPTEK tidak terwadahi oleh pendidikan formal di sekolah. Namun perlu didukung dan dikembangkan dalam kegiatan nonformal, seperti pada kegiatan ekstrakurikuler dalam wadah Kelompok Ilmiah Remaja (KIR). Untuk menjadi anggota KIR, hendaknya mempunyai minat/bakat dalam pengkajian dan pengembangan IPTEK, memiliki semangat, serta kemampuan melakukan pengkajian dan penelitian. Hal itu dapat dilakukan remaja dengan cara: (1) membiasakan diri untuk membaca dan mempelajari buku-buku IPTEK secara mandiri, (2) membiasakan bertanya tentang hal-hal yang belum jelas maupun yang telah jelas terhadap sesuatu masalah untuk menuju kesempurnaan pemahaman, (3) memiliki kemampuan memilih dan mengumpulkan hal- hal yang bermanfaat.

Oleh karena itu pembimbing KIR harus dapat memberikan bimbingan, memotivasi dan menumbuhkan semangat remaja sebagai anggota KIR. Untuk itu perlu proses pembinaan yang berkelanjutan, sehingga kita dapat memetik hasilnya dalam kurun waktu yang panjang. Seperti kita ketahui selama ini Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) cukup konsen dalam membina keompok ilmiah remaja, salah satu kegiatan yang dilaksanakan LIPI dalam pembinaan KIR tersebut, dengan diadakannya Perkemahan Ilmiah Remaja Nasional ( PIR NAS) secara rutin setiap tahunnya. Kegiatan tesebut diikuti oleh remaja dari berbagai penjuru tanah air, selanjutnya dapat dikembangkan dan ditularkan kepada remaja yang berada di daerah masing-masing.

Indonesia yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah pada suatu saat akan berkurang bahkan mungkin hilang atau pupus sejalan dengan pertambahan penduduk. Namun kreativitas sumber daya manusia tidak pernah akan pupus, bahkan akan mengalami perkembangan dengan inovasi-inovasi yang memukau bila para remaja diberikan pembinaan sejak dini melalui kegiatan ilmiah sebagai Human Investment sehingga pada masa yang akan datang mereka dapat menguasai dan memanfaatkan IPTEK dalam pembangunan bangsa yang berkelanjutan.

Berikutnya kita dapat mengamati tentang budaya ilmiah pada remaja, secara kualitas menunjukkan peningkatan, namun secara kuantitas mengalami penurunan. Hal itu disebabkan karena belum tertanamnya dan terbangunnya tradisi ilmiah pada remaja. Selanjutnya yang perlu dipikirkan bagaimanakah membangun tradisi ilmiah di sekolah? “Dalam proses berkembangnya suatu negara salah satunya ditentukan oleh tinggi rendahnya peradabandan budaya ilmiah yang dimiliki oleh masyarakat dalam suatu negara”. Karena adanya perubahan dan perkembangan yang pesat di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

Untuk itu perlu adanya pembinaan KIR pada remaja/siswa di dalam kegiatan ekstrakulikuler di sekolah dan dalam wadah karang taruna di masyarakat. Selanjutnya anak yang bergabung dalam KIR terbuka bagi remaja SLTP dan SLTA, bahkan termasuk juga siswa yang drop out dengan rentang usia 12 s.d 19 tahun. Karena rentang usia tersebut diperkenankan oleh UNESCO untuk mengikuti kegiatan ilmiah remaja skala internasional. Remaja yang ikiut di ajang internasional apabila pernah mendapat predikat The Best di negara asalnya. Seperti pemenang Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) yang setiap tahun diadakan oleh LIPI dan pemenang Lomba Penelitaian Ilmiah Remaja (LPIR) yang dilaksanakan oleh Diknas. Selanjutnya LIPI juga selalu mendukung bahkan mengorbitkan para remaja yang telah berprestasi di bidang ilmiah, khususnya dalam skala nasional, seperti pemenang I LKIR setiap tahunnya, LIPI memberikan rekomundasi kepada 3 orang pemenang I, untuk dapat diterima langsung (tanpa tes) di Perguruan Tinggi ternama di Indonesia seperti UI, UGM, ITB dan IPB sesuai dengan cita-citanya.

Diharapkan penelitian ilmiah dapat membudaya dikalangan remaja. Selanjutnya dalam upaya menanamkan tradisi ilmiah, perlu didukung oleh media massa, karena media massa memiliki pengaruh yang cukup besar dalam meliput setiap kegiatan penelitian ilmiah remaja. Maka akan tumbuh kesadaran masyarakat untuk memberikan apresiasi terhadap hasil karya remaja di bidang penelitian ilmiah dan IPTEK . Terlebih jika remaja tersebut menunjukkan prestasi yang cemerlang ditingkat provinsi, nasional, hingga internasional. Kalau selama ini remaja hanya yang berprestasi di bidang olahraga saja yang selalu dipuji dan menjadi kebanggaan bangsa, namun kita harapkan tidak menutup kemungkinan dengan kepedulian berbagai media massa, untuk meliput kegiatan-kegiatan penelitian ilmiah remaja. Maka pada suatu saat masyarakat akan menjagokan dan mengunggulkan remaja yang berprestasi dibidang penelitian ilmiah sebagai pahlawan IPTEK demi kemajuan dan perkembangan bangsa untuk bersaing dieraglobalisasi ini.

Selama ini remaja kita yang berprestasi di bidang penelitian ilmiah remaja kurang mendapat dukungan dari masyarakat dan pemerintah, sementara remaja yang berprestasi dibidang olahraga selalu mendapat sorotan positif dari masyarakat dan mendapat pelayanan prima dari pemerintah demi kemajuan olahraga tanah air. Jika kelompok ilmiah remaja mendapat dukungan positif dari pemerintah, dunia usaha dan industri serta instansi yang bergerak di bidang penelitian (litbang) mau bekerja sama dan bergandeng bahu untuk membina dan mengembangkan kreativitas remaja dalam berbagai penelitian ilmiah, maka kedepannya akan tercipta peneliti-peneliti muda yang handal yang dapat mengharumkan nama bangsa ini dikancah internasional.

Marilah kita pupuk sejak dini pola pikir dan sikap ilmiah pada remaja melalui KIR. Karena kegiatan ilmiah mepunyai peran yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian dan perkembangan intelektual remaja. Selanjutnya kegiatan KIR dapat memberikan manfaat yang sangat bererti, pertama manfaat yang dapat dirasakan oleh anggota KIR, yakni: (1) meningkatkan daya nalar, kreativitas dan daya kritis, (2) membangkitkan rasa ingin tahu, (3) menambah wawasan pemikiran terhadap IPTEK, (4) memperluas informasi dan komunikasi yang positif, (5) mengenal cara-cara berorganisasi yang baik, (6) membangkitkan motivasi belajar dan berkompetisi positif, dan (7) mengenal sikap-sikap ilmiah (objektif, jujur, terbuka, toleran, optimis, pemberani, kreatif, tekun, dan bertanggung jawab), serta (8) tumbuhnya rasa cinta terhadap lingkungan alam sekitar.

Kedua, manfaat bagi guru/pembimbing KIR, seperti: (1) memperluas wawasan terhadap perkembangan IPTEK, (2) meningkatkan keterampilan dalam pembimbingan KIR dan karya tulis ilmiah remaja, (3) menambah khasanah pengetahuan yang dapat menumbuhkan pelajaran formal di sekolah, (4) menambah nilai prestasi (angka kridit)bagi guru pembimbing.

Ketiga, manfaat bagi sekolah, adalah: (1) ikut membentuk iklim ilmiah di sekolah, (2) wahana yang efektif untuk mengembangkan potensi dan pengalaman antarsekolah, (3) meningkatkan citra positif menuju sekolah unggulan, (4) membangunan dan memperluas hubungan kerja sama dengan instansi terkait.

Keempat, manfaat bagi masyarakat, yaitu: (1) meningkatkan sikap berdaya kritis dan terbuka terhadap berbagai permasalahan yang terjadi di lingkungannya, (2) membantu memberikan alternatif penyelesaian beberapa persoalan sosial budaya seperti kenakalan remaja, dekadensi moral, dan lain-lain melalui kegiatan penelitian, (3) membangun dan meningkatkan kesadaran bahwa kemajuan bangsa dapat dicapai melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, (4) meningkatkan kesedaran akan pentingnya pendidikan, dan (5) melestarikan lingkungan dan sumber daya alam yang ada.